Saat ini selera humor seakan-akan dikotak-kotak menurut mutu dan kualitas. Konon katanya komedi ala
Stand-up Comedy termasuk dalam golongan bermutu. Entahlah, menurut saya yang namanya humor/ komedi adalah suatu pertunjukan yang bisa membuat kita tertawa. Apa pun bentuknya, pada hakekatnya tujuan dari komedi adalah membuat orang lain tertawa. Saat anda menonton sebuah tayangan komedi baik itu hanya monolog verbal atau
slapstick dan kemudian anda tertawa, itu lah komedi berkualitas.
Tidak seperti genre komedi pada umumnya,
Comic 8 punya treatment yang cukup serius. Serius dalam membangun plot yang penuh
twist berlapis dan tidak mudah ditebak, serius dalam meng-
casting pemerannya, dan juga serius pada desain produksinya. Bahkan menurut beberapa media massa, katanya mereka menggunakan senjata asli dalam proses syutingnya. Toh senjata asli atau palsu, kalau sudah masuk kamera, tampil dalam sebuah adegan film, dan nampak meyakinkan, penonton pun akan dibuat percaya tanpa harus tahu itu senjata asli atau palsu.
Salah satu hal yang membuat film ini spesial adalah bukan senjata aslinya, melainkan jajaran para aktor pemerannya. Mulai dari pemeran inti yang notabene para
comic yang biasanya cuman bisa monolog di atas panggung, namun kali ini punya kesempatan menampilkan kebolehan aktingnya. Bagus kah? Tentu saja mereka bagus, mereka seakan-akan memerankan diri mereka sendiri lengkap dengan
gimmick-gimmick khas mereka, yang tentu saja penonton sudah hafal kemana akting mereka bermuara. Tapi hal ini bukan lah masalah, mereka memang para
comic yang dituntut mempunyai
trademark atau ciri khas di atas panggung. Bagaimana cara mereka nge-
blend satu sama lain itulah yang patut diacungi jempol. Dan tentu saja jualan film ini ya.. para
comic tersebut yang saat ini sedang naik daun karena lagi musim
stand-up comedy.
Selain para pemeran inti yang mumpuni, film ini didukung puluhan artis pendukung yang luar biasa. Tak hanya terkenal, namun mampu menempatkan
trademark mereka pada setiap adegan. Sebut saja
Nikita Mirzani yang hadir dengan jualan
boobs-nya. Atau
Indro Warkop dengan tipikal komedi jayusnya. Dan masih banyak artis lainnya, mulai dari
Coboi Jr., Candil, Nirina Zubir, Leila Sari, Kiki Fatmala, Pandji, Agung Hercules,
and so many more. Walaupun mereka kebagian porsi durasi yang sedikit, tapi adegan-adegan mereka cukup
memorable, dan mungkin bakal tetap diingat para penonton.
Sayangnya adegan aksi pamungkas yang ambisius rupanya gagal diusung oleh
Anggy Umbara sang sutradara, terlalu banyak kekurangan teknis yang ditampilkan. Banyak adegan ledakan yang sekedar tempelan, penggunaan layar biru yang terlalu mencolok, dan inkonsistensi pada beberapa adegan. Hal ini dapat dimaklumi mungkin dikarenakan
budget yang terbatas, atau teknologi perfilman Indonesia yang belum mumpuni. Selebihnya,
Anggy Umbara berhasil memberikan
tone warna unik pada filmnya plus puluhan adegan
slow motion yang
stylish, mengingatkan saya pada gaya penyutradaraan
Zack Snyder.
Overall, Jika kalian menyaksikan Comic 8 dan kemudian tertawa, maka Comic 8 adalah komedi berkualitas. Sebaliknya jika kalian tidak tertawa, bisa jadi film ini tidak berkualitas. Dan Saya pun tertawa melihat Comic 8. Tidak hanya komedinya yang berkualitas, dalam satu paket utuh Comic 8
might be one of the best action-comedy genre in Indonesia ever made. Belum pernah ada film seperti ini, boleh lah kalo dibilang
the best. Dan sudah sepantasnya Comic 8 bisa mencapai 550 ribu penonton dalam 5 hari.